1 Nov 2014

Tak ada anak yang bodoh

Gambar : sumber internet

Ketika semua manusia dilahirkan kedunia semua sama, awalnya belum bisa apa-apa kecuali memang dia diberikan muljijat oleh Tuhan.

Semua anak bagai sebilah pisau yang belum di asah, jika memang semua anak diperlakukan sama maka anak tersebut juga akan berfikiran dan berpendidikan sama.

Kenapa kami mengambil judul Tak ada anak yang bodoh, karena memang demikian yang membuat anak itu bodoh ataupun pintar semua tergantung orang yang terdekatnya memperlakukannya.

Terbukti begitu banyak anak yang berpotensi dan berprestasi di negara ini.

Itu terjadi karena memang untuk mencapai kepintaran seorang anak ya tergantung siapa dan bagaimana ia diajarkan.

Terbukti seperti apa yang pernah dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya PhD setelah beliau menyelesaikan studinya di USA bercita-cita ingin mengajarkan anak-anak daerah dan menjadikan mereka doktor kemudian disebar ke seluruh peloksok Indonesia untuk mengajarkan dan mengamalkan ilmunya.

Jeripayahnya sudah mulai berhasil, sang Profesor membawa 10 anak papua yang notabene di sana mereka termasuk anak-anak terbelakang khususnya di dunia pendidikan.

Sang Profesor membuktikan bahwa di dunia ini tak ada anak yang bodoh yang ada hanya cara pendidikannya yang tidak memperhatikan apa yang dimau dan metode pembelajaran seperti apa yang harus diterapkan kepada anak-anak.

Nyatanya anak-anak papua yang profesor bawa ke ibu kota menjadi anak yang berprestasi bahkan ada yang menjadi juara matematika dan robotik tingkat nasional bahkan bisa bersaing dikancah internasional.

Nah, salahkah guru-guru cara mengajarnya sehingga masih ada murid atau anak yang masih kurang faham.

Yang jelas kita patut hargai perjuangan para guru kita yang merupakan pahlawan tanpa tanda jasa.

Pemerintah berkewajiban menata dunia pendidikan ini khususnya merancang kurikulum yang berbasis praktik bukan hafalan.

Hafalan hanya menguji ingatan anak, namun praktiklah yang membuat mereka kreatif dan bisa menjadikan belajar itu sebagai hoby dan kebutuhan mereka.

Tak lupa pula, kita jangan terlalu banyak menuntut kepada guru-guru yang menjadi lini depan demi meningkatnya moral dan pendidikan anak kita tanpa memberikan dan memperhatikan kesejahteraan mereka.


No comments:

Post a Comment